LiBi Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor beras yang dilakukan pemerintah sejak akhir Oktober belum mampu menekan laju inflasi pada November 2015 sebesar 0,21 persen.
“Mungkin yang diimpor belum masuk ke pasar semua, karena Bulog belum melakukan intervensi pasar,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo di Jakarta, Selasa (1/12/2015).
Sasmito mengatakan salah satu penyebab beras impor belum masuk ke pasar adalah karena harga beras saat ini masih menguntungkan petani dan stoknya masih mencukupi karena belum terpengaruh El Nino.
“Petani masih punya daya tawar tinggi sehingga petani menjual harga beras dengan harga relatif tinggi, namun harga itu di tingkat eceran juga menyenangkan konsumen. Jadi Bulog belum melakukan intervensi,” ujarnya.
BPS mencatat beras menjadi salah satu komoditas utama penyumbang inflasi November 2015 sebesar 0,21 persen, karena harganya yang naik rata-rata 0,5 persen di tingkat eceran dan tiga persen di kalangan petani.
Selain beras, komoditas lainnya yang ikut menyumbang inflasi adalah daging ayam ras, rokok kretek filter, telur ayam ras, buncis, kacang panjang, tomat sayur, tomat buah, nasi dengan lauk, rokok putih dan tarif kontrak rumah.
Secara keseluruhan, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran seperti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,47 persen serta kelompok bahan makanan 0,33 persen.
Dengan demikian, laju inflasi tahun kalender Januari-November 2015 tercatat mencapai 2,37 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (year on year/yoy) 4,89 persen. Selain itu, inflasi komponen inti pada November tercatat 0,16 persen, dan inflasi inti dari tahun ke tahun (yoy) 4,77 persen. (ant/lb)