LiBi Denpasar – Bank Indonesia Perwakilan Bali menginformasikan penyaluran kredit perbankan umum triwulan III-2015 secara komulatif Rp 60,9 triliun, masih melanjutkan tren perlambatan pertumbuhan seiring dengan peningkatan prinsip kehati-hatian tercermin dari tendensi peningkatan suku bunga perbankan.
“Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian besar kredit yang disalurkan digunakan sebagai modal kerja dengan andil 39,38 persen dari total kredit,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Dewi Setyowati di Denpasar, Jumat (11/12/2015).
Dalam laporan kajian ekonomi dan keuangan regional, ia menyebutkan bahwa, pada triwulan III-2015, kredit modal kerja tercatat sebesar Rp24 triliun, tumbuh sebesar 7,89 persen (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,62 persen (yoy).
Sementara kredit produktif lainnya yakni kredit investasi yang pada triwulan III-2015 mencapai Rp14,1 triliun, (23,19 persen), kredit investasi tumbuh sebesar 12,66 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II-2015 yang tumbuh sebesar 16,62 persen (yoy).
Perlambatan tersebut seiring dengan perlambatan pertumbuhan kinerja investasi swasta di Bali yang tumbuh terbatas. Kredit konsumsi tumbuh stabil dari 12,73 persen (yoy) triwulan II-2015 menjadi 12,53 persen (yoy) dengan nominal Rp22,81 triliun triwulan III-2015.
Stabilnya pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan III 2015 seiring dengan mulai pulihnya daya beli masyarakat di Provinsi Bali, meskipun belum mampu mendorong peningkatan pertumbuhan jumlah pinjaman secara keseluruhan.
Berdasarkan kategori ekonomi yang produktif, sejak beberapa tahun terakhir sebagian besar kredit yang disalurkan oleh bank umum di Provinsi Bali terkonsentrasi kepada kedua kategori yang merepresentasikan perkembangan pariwisata Provinsi Bali.
Mereka itu adalah yang bergerak sebagai pelaku usaha kategori perdagangan besar dan eceran, serta penyediaan akomodasi dan makan minum, serta semua itu adalah menunjang perkembangan di sektor perpelancongan di daerah Pulau Dewata.
Setyowati menyebutkan, pada periode laporan, kredit kategori perdagangan besar dan eceran memiliki share sebesar 31,18 persen. Kredit terbesar selanjutnya adalah kategori penyediaan akomodasi dan makan minum dengan share mencapai 10,32 persen. (ant/lb)