Senin Sore Rupiah Ditutup Melemah ke Posisi Rp 13.937/USD

rupiahlemah

LiBi Jakarta – Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (18/1) sore, melemah 28 poin menjadi Rp 13.937 per dolar AS dibandingkan dengan posisi sebelumnya Rp 13.909 per dolar AS. Permintaan aset mata uang safe haven seperti dolar AS menyusul anjloknya harga minyak mentah dunia memicu nilai tukar di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia mengalami depresiasi.

Penurunan harga minyak mentah dunia itu berimbas ke negara-negara penghasil komoditas. Indonesia merupakan salah satu penghasil komoditas, situasi itu dikhawatirkan dapat memicu penerimaan fiskal negara menurun. Melemahnya penerimaan fiskal dikhawatirkan dapat menahan laju ekonomi domestik pada tahun ini. Harga minyak mentah jenis WTI Crude pada awal pekan ini Senin (18/1) terpantau bergerak turun 0,32 persen menjadi 29,10 dolar AS per barel, sementara minyak mentah jenis Brent Crude melemah 1,21 persen ke level 28,59 dolar AS per barel.

Pada pekan ini, pengumuman data produk domestik bruto (PDB) Tiongkok pada kuartal empat 2015 akan menjadi sorotan pelaku pasar uang. Diprediksi, ekonomi Tiongkok akan menunjukkan pertumbuhan tahunan yang masih melambat, situasi itu tentu juga akan menjadi sinyal perlambatan ekonomi di negara berkembang.

Selain itu, adanya potensi normalisasi suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed fund rate), membuat investor di pasar uang masih berhati-hati dalam melakukan akumulasi pada aset mata uang berisiko. Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Senin (18/1) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp 13.931 dibandingkan hari sebelumnya (15/1) di posisi Rp 13.886 per dolar AS.

Laju nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin (18/1) pagi hingga siang, bergerak melemah sebesar sembilan poin menjadi Rp 13.918 dibandingkan posisi sebelumnya di level Rp 13.909 per dolar AS. Kurs rupiah yang cenderung masih berada di area pelemahan salah satunya disebabkan oleh reaksi negatif pelaku pasar uang terhadap neraca perdagagan Desember 2015 yang mengalami defisit sebesar 235,8 juta dolar AS. Meski demikian, adanya harapan inflasi 2016 yang diperkirakan terjaga di level rendah, serta potensi pemangkasan harga bahan bakar minyak (BBM) yang kembali terbuka, akan menjaga stabilitas ekonomi domestik. Diharapkan situasi itu dapat menahan laju rupiah untuk tidak tertekan leveh dalam. (bzn/lb)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *