LiBi Jakarta – Berdasarkan akademisi dari University of Technology Sydney, permintaan global untuk Data Engineers, peneliti Big Data, ilmuwan dan analis bertumbuh lebih cepat dibandingkan dengan yang tersedia. Mereka yang mengembangkan keahliannya dalam mengelola Big Data dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dengan karir yang lebih menarik.
“Bekerja dengan Big Data dan mengembangkan wawasan yang ada untuk mengubahnya menjadi suatu nilai merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan di Indonesia dan organisasi global untuk menjadi lebih kompetitif,” ungkap Dr Wayne Brookes dari UTS di Australia.
“Di Indonesia, Big Data masih merupakan industri yang sangat baru, tetapi aplikasi mobile dan layanan pemerintah saat ini sudah mulai mengembangkan strategi Big Data,” tambah Dr Wayne. “Hal ini akan mempercepat masyarakat Indonesia untuk menjalankan industri e-commerce dan bersaing dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN, yang berarti masyarakat Indonesia yang memiliki kemampuan dalam bidang ini akan berada pada barisan terdepan dalam trend global,” jelas Dr Wayne.
International Data Corporate memprediksi bahwa pendapatan global dari Big Data dan analisa bisnis akan bertumbuh hingga lebih dari USD 187 miliar dalam tiga tahun mendatang. Skala data ini sangat besar; dengan penemuan riset bahwa data sebesar 2.5 quintillion bytes akan ditambahkan pada global pool di setiap data harian. Data ini dikumpulkan dari sumber yang beragam, seperti sensor pemantauan iklim, situs media sosial, gambar digital dan video, pembelian dan transaksi online, dan ponsel.
Dengan perkembangan Big Data yang sangat cepat, seorang data engineer atau data scientist akan sangat diminati dalam dunia pekerjaan, pendapatan, dan kesempatan untuk berkarir. Disela – sela rangkaian acara kungungan sekolah dengan UTS:INSEARCH di Bandung, Jakarta, Medan dan Semarang pada tanggal 15 – 25 Agustus 2015, Dr Wayne Brookes menjelaskan bahwa lulusan sarjana dari universitas internasional yang terkemuka dengan keahlian bekerja menggunakan Big Data akan lebih diminati.
“Kami menjelaskan kepada para mahasiswa bahwa Big Data adalah bekerja dengan kumpulan data yang sangat besar dan rumit yang membutuhkan keahlian khusus, seperti visualisasi data yang digunakan dalam pengujian data melalui cara-cara yang baru,” jelas Dr Wayne.
“Menggunakan Big Data sangat penting bagi para peniliti di berbagai bidang, dimana saat ini digunakan pada bisnis online, pencegahan penyakit dan bio-medicione, kendaraan umum, pencegahan kriminal dan kebakaran, bisnis dan asuransi. Di Indonesia, hal ini akan menjadi salah satu faktor pertumbuhan industri e-commerce, wirausaha dan teknologi mobile 5G.”
“Data engineers sangat dibutuhkan untuk membangun infrastruktur dimana akan mendorong pengumpulan, transmisi, penyimpanan dan analisis dari Big Data. Hal ini sangat penting bagi dunia bisnis di Indonesia untuk berinovasi dan mengoptimalkan layanan yang mereka tawarkan,” tambahnya.
Untuk mengembangkan Data engineers, University of Technology Sydney akan memperkenalkan program studi baru di tahun mendatang, yaitu Bachelor of Engineering (Data Engineering).
“Ini merupakan program studi baru yang sangat menarik yang akan membantu setiap mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan dasar mereka dalam hal data engineering, dan memungkinkan mereka untuk mempraktekan dan menerapkan pengetahuannya, serta membantu mereka mengembangkan proyek –proyek di bidang yang mereka minati,” kata Dr Wayne.
Menjadi seorang ahli data dapat berasal dari berbagai program studi yang berbeda-beda. Berdasarkan US research, data scientist berasal dari bebagai bidang : 28% dari program studi matematika dan statistik, 18% dari teknik, 17% dari ilmu komputer, 16% dari ilmu pengetahuan alam dan 7-4% dari ilmu sosial, ekonomi atau bisnis.
Dengan berfokus pada Big Data, pemerintah memiliki potensi untuk mengembangkan infrastruktur kota seperti public security, kesempatan bekerja dan pendidikan. Contoh dari penerapan penggunaan Big Data adalah aplikasi Jakarta Smart City yang digunakan oleh pemerintah DKI Jakarta, layanan paspor online oleh Direktorat Jenderal Imigrasi dan faktur pajak oleh Direktoran Jenderal Pajak. Beberapa proyek ini menggambarkan potensi bagi para pemuda Indonesia untuk mengembangkan kemampuan mereka pada industri yang sedang berekembang di Indonesia saat ini.
“Ketika tidak semua orang akan memilih teknik sebagai program studi mereka, tetap ada kesempatan untuk siswa Indonesia mempelajari berbagai aspek Big Data melalui program studi matematika, komputer, IT, sains atau bisnis di University of Technology Sydney,” tutur Stefani Sugiarto, Regional Coordinator UTS:INSEARCH.
“Pengajaran dan penerapan yang baik dalam program studi mereka membuat peluang karir mereka di Asia Tenggara, Australia dan tempat-tempat lain di dunia jauh lebih besar,” tambah Stefani.
“University of Technology Sydney dikenal sebagai universitas yang memimpin dalam visualisasi data, dengan menggunakan Data Arena yang telah diluncurkan tahun lalu sebagai sistem visualisasi 3D yang interaktif dan immersive, serta menawarkan cara-cara khusus untuk menjelajahi Big Data secara visual dan melakukan penelitian penting,”tutup Stefani.