Lintas Bisnis.com Jakarta – Penyakit Difteri kembali mewabah di Indonesia. penyakit mematikan yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diptheriae ini telah memakan puluhan korban jiwa setidaknya di 20 provinsi.
Data Kementerian Kesehatan menujukkan sampai dengan November 2017, ada 95 kabupaten dan kota dari 20 provinsi yang melaporkan kasus difteri. Secara keseluruhan terdapat 622 kasus, 32 diantaranya meninggal dunia.
Seperti telah diketahui, difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diptheriae dan biasanya menyerang amandel, tenggorokan, hidung, serta kulit. Penyakit ini menyebar dengan cepat melalui partikel udara lewat batuk, bersin, atau bernapas. Jika terkena penyakit ini, seseorang akan merasakan gejala berupa radang tenggorokan, serak, hingga masalah pernapasan. Bahkan, difteri bisa menyebabkan kematian.
CEO dari In Harmony ivaccination dr. Kristoforus Hendra Djaya SpPD, mengatakan perlunya pemberian vaksin atau imunisasi untuk anak secara lengkap sebab bisa jadi anak akan memiliki risiko terkena difteri saat dia dewasa.
Difteri sebenarnya merupakan penyakit lama yang sudah ada vaksin penangkalnya yang disebut vaksin DPT. Idealnya, vaksin ini diberikan minimal tiga kali seumur hidup sejak berusia dua tahun. Vaksin ini akan efektif jika diberikan setiap 10 tahun.
“Imunisasi lengkap yang dimaksud adalah selain vaksin yang diberikan melalui imunisasi dasar pada bayi (di bawah 1 tahun), ada juga imunisasi lanjutan (booster) yang diberikan sampai anak kelas 5 Sekolah Dasar,” ujar dr. Kristoforus.
Gejala Difteri tandanya berupa demam yang tidak begitu tinggi, 38ºC, munculnya pseudomembran atau selaput di tenggorokan yang berwarna putih keabu-abuan yang mudah berdarah jika dilepaskan, sakit waktu menelan, kadang-kadang disertai pembesaran kelenjar getah bening leher dan pembengakan jaringan lunak leher yang disebut bullneck.
dr. Kristoforus menambahkan ada 3 jenis vaksin untuk imunisasi difteri yang harus diberikan pada usia berbeda yaitu Vaksin DPT-HB-Hib, Vaksin DT, Vaksin Td. dan keberhasilan pencegahan difteri dengan imunisasi sangat ditentukan oleh cakupan imunisasi, yaitu minimal 95 persen.
Selain itu faktor sanitasi, gizi buruk dan imunisasi sangat berpengaruh pada penularan difteri yang merupakan penyakit luar biasa yang terjadi Di Indonesia.
“Sanitasi, gizi buruk dan imunisasi yang tak lengkap, jadi salah satu penyebab munculnya lagi kejadian difteri di Indonesia,” pungkasnya.