Proyek LRT Bogor Sesuai dengan Kondisi Wilayah

Lintas Bisnis.com Jakarta – Rencana pembangunan light trail transit (LRT) di Bogor Jawa Barat sangat relevan, terutama melihat kondisi wilayah yang sudah sangat padat, dan lahan yang semakin mahal.

“(Proyek LRT) tidak butuh lahan tanah yang sangat luas. Karena konstruksi (struktur jalur, sistem rel, stasiun, depo) melayang,” ujar Setiawan dari Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) mengatakan kepada Redaksi, Selasa (27/8/2019).

Sebelumnya, PT Kereta Api Indonesia (KAI) menandatangani kontrak pinjaman pembangunan proyek LRT Jabodetabek dengan sindikat bank. Biaya pembangunan LRT dengan desain raya terpadu masih dianggap murah terutama desain kontruksi yang sejajar dengan tanah.

“Desain (konstruksi, interior, teknis) sangat menarik. Kalau ada kesempatan, kami mau undang CRRC (Produsen kereta api, kota Ziyang Tiongkok) untuk presentasi lebih detail mengenai light trail,” kata Setiawan.

Terkait dengan keteknisan light trail, teknologi CRRC menawarkan kecepatan tinggi. Sebagai perbandingan, kereta api yang sudah tidak operasional dengan konstruksi gear (roda gigi). Sementara CRRC sudah menerapkan keteknisan dengan gradien atau elevasi 80 per mil.

“Tapi light trail yang ditawari CRRC tidak menggunakan gear. Kami membayangkan, mungkin penumpang juga khawatir (dengan elevasi 80 per mil). Ketika running, bisa slip. (teknologi) dengan elevasi 80 per mil tentunya luar biasa. BPTJ melihat perlu segera tindaklanjuti proyek light trail ini,” tegas Setiawan.

Bukiti tinggi (Sumatera Barat), sekarang existing, yang tidak terpake lagi pake gear (roda gigi). teknologi CRRC China, bisa meningkatkan gradien atau elevasi 80 per mil, tapi tidak menggunakan gear. Karena khawatir (keselamatan penumpang), bisa slip. Ini kan (teknologi CRRC) dengan gradien (elevasi) 480 per mil. Dahsyat. BPTJ melihat light trail bisa ditindaklanjuti (pembangunan),

Di tempat yang sama, Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (LLAKA) Kementerian Perhubungan optimis dengan bisnis perkeretaapian, terutama untuk produsen luar negeri seperti CRRC. Yang sangat kentara (peluang bisnisnya), kereta api Makassar – Parepare (Sulawesi Selatan) dengan dibangun dengan track 1435.

“Locomotifnya belum ada. CRRC bisa jualan, mulai dari wagon sambil bekerjasama dengan operator dalam negeri, termasuk PT KAI,” kata Jumanto dari Direktorat LLAKA Kemenhub.

Tahun 2024, proyek kereta api Makassar – Parepare dijadualkan selesai dan siap uji coba. CRRC juga bisa menjajaki investasi perkeretaapian di Indonesia. Karena tren masyarakat untuk beralih dari moda transportasi darat ke kereta api semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan kebutuhan kereta barang juga meningkat, karena pemanfaatan baru sekitar satu persen.

“Ada beberapa skema investasi, mulai dari operasional sampai joint operation, bermitra dengan perusahaan lokal. Kondisi di Sulawesi, belum ada operatornya. Proyek kereta api Makassar – Parepare dengan skema PPP (public private partnership) PT Semen Tonasa dan PT Semen Bosowa,” kata Jumanto.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *