Kemenpar Promosikan 10 Program Prioritas Pariwisata di Ajang 7th Edition of THINC

Lintas Bisnis.com Nusa Dua-Bali – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) memaparkan “Cara Baru Pariwisata Indonesia” dalam konferensi “7th Edition of Tourism Hotel Investment and Networking Conference (THINC)” yang diselenggarakan pada 5 September di Sofitel Bali Nusa Dua Beach Resort.

Pariwisata Indonesia memiliki potensi sangat besar dan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo telah menetapkan pariwisata sebagai leading sector. Sejalan dengan itu, sektor pariwisata juga ditetapkan sebagai core economy Indonesia oleh Menteri Pariwisata.

Pada 2020 mendatang diharapkan sektor pariwisata ini akan menjadi sektor prioritas utama dalam perolehan devisa. Pemerintah telah menetapkan target untuk mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara dengan proyeksi perolehan devisa bisa mencapai sebesar 17,6 miliar dollar AS.

Untuk mendukung pencapaian tersebut, Kementerian Pariwisata pada 2018 telah menetapkan 10 program prioritas yaitu: 1) Digital tourism (e-tourism); 2) Homestay; 3) Air accessibility; 4) Branding; 5)Top 10 origination; 6) Top 3 main destination (15 destination branding); 7) Develop 10 new priority tourism destinations; 8) Certified human resources in tourism & tourism awareness movement; 9) Tourism investment growth; dan 10) Crisis center management.

Kementerian Pariwisata yang diwakili oleh Ketua Tim Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (10 Bali Baru) dan Ketua Kelompok Kerja Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata, Hiramsyah S. Thaib dalam konferensi mengatakan, Pariwisata Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat di tahun 2018 yaitu 12,58% lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan sektor pariwisata dunia yang hanya mencapai 5,6% serta ASEAN yang sebesar 7,4%.

“Saya sangat optimis bahwa ke depannya sektor pariwisata akan terus mencatatkan pertumbuhan yang positif sebagai penghasil devisa,” ujar Hiramsyah, yang juga mantan bankir dan CEO di sektor pariwisata, properti, infrastruktur, dan keuangan dan pernah menjabat sebagai Ketua Umum AKPI (Asosiasi Kawasan Pariwisata Indonesia).

Dia menambahkan, sektor pariwisata diharapkan menjadi penyumbang utama devisa pada tahun 2020, karena sektor ini memenuhi hampir semua persyaratan yaitu, mudah, murah, cepat, dan juga memenuhi aspek pemerataan ekonomi karena memberikan dampak sampai ke lapisan paling bawah atau trickle down effect.

Industri pariwisata yang baik akan memberikan image positif bagi suatu negara. Oleh karena itu, sektor pariwisata juga dikenal sebagai mother industry karena bisa menjadi humas (public relations) dan juga merupakan cara promosi yang paling efektif (country branding) suatu negara.

Di periode 2014 hingga 2019, pemerintah sudah melakukan pembangunan infrastruktur secara cepat untuk mendukung 10 Destinasi Pariwisata Prioritas, seperti pembangunan hotel bintang empat pertama di Balige kawasan Danau Toba yaitu Hotel Labersa Hutahean; pengembangan Yogyakarta Internasional Airport dengan kapasitas 16 juta penumpang per tahun; pembangunan sirkuit MotoGP di kawasan Mandalika Lombok yang merupakan street circuit pertama di dunia dengan target di tahun 2021; dan pengembangan Bandara Internasional Komodo, Labuan Bajo, yang akan menunjang penetapan carrying capacity Taman Nasional Komodo untuk menjadi kawasan tujuan wisata alam eksklusif.

Dengan telah siapnya dukungan pemerintah untuk 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (10 Bali Baru), utamanya dukungan infrastruktur transportasi udara, darat, dan laut untuk 4 Destinasi Pariwisata Super Prioritas (Danau Toba, Borobudur, Mandalika Lombok dan Labuan Bajo Flores), serta telah ditetapkan Badan Otorita Pariwisata Danau Toba, Borobudur, dan Labuan Bajo Flores, maka di tahun 2019-2024 pemerintah berkeyakinan akan bisa terus menggenjot pertumbuhan investasi lebih besar dari periode 2009-2014, minimal tumbuh rata-rata sebesar 25%.

Pertumbuhan investasi tersebut akan berpotensi mendatangkan devisa dari sektor pariwisata melalui Penanaman Modal Asing (Foreign Direct Investment) sebesar Rp 180 triliun setara dengan 13,3 miliar dollar AS, yang akan membuka lapangan pekerjaan baru serta menjadi motor baru pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Konferensi THINC Indonesia dihadiri oleh pengusaha dan pengelola perhotelan, konsultan pariwisata, desainer, arsitek, media serta pelaku industri pariwisata lainnya dari berbagai negara. Konferensi yang diselenggarakan oleh Hotelivate ini menyediakan platform untuk mempertimbangkan perkembangan dan arah industri perhotelan dan pariwisata di wilayah tersebut.

Beberapa pemimpin industri pariwisata yang menjadi pembicara dalam acara tahun ini adalah Michael Issenberg, Ketua dan CEO-Asia Pasifik, Accor; Katerina Giannouka, Presiden-Asia Pasifik, Radisson Hotel Group; John Flood, Presiden dan CEO, Archipelago International; Budi Tirtawisata, Kepala Eksekutif Grup, Grup Panorama; Suwito, Pendiri dan CEO, Republik Capital Management; Rajeev Menon, COO-APAC Marriott International serta pemimpin perusahaan ternama lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *