LINTAS BISNIS – Mempertegas komitmen meningkatkan kualitas pendidikan bagi generasi masa depan Indonesia, Sampoerna University kembali menghadirkan konferensi teknologi pendidikan (EdTech) Virtual “DisruptED 2021: Before Corona (BC) to After Disease (AD)”. Digelar mulai hari ini dan berlangsung selama empat hari, dari tanggal 5 – 8 Februari 2021, tenaga pengajar, penyedia, pengamat, dan aktivis pendidikan diundang berdiskusi mengenai elemen penting dalam menciptakan pengalaman dan program belajar kreatif dan inovatif di era disrupsi pendidikan melalui sesi Fireside Chats, mendapatkan wawasan baru dengan topik variatif dan inventif melalui sesi Keynote dan sesi Spesial Barista bersama para ahli dan praktisi teknologi edukasi ternama, serta meningkatkan kesehatan mental bersama instruktur mindfulness profesional dalam sesi Wellbeing.
Krisis pandemi menyumbang perubahan besar bagi sistem pendidikan Indonesia dimana lebih dari 60 juta siswa diwajibkan belajar di rumah dan tenaga pengajar harus menyampaikan materi pembelajaran melalui ranah digital. Hasil riset KEMENDIKBUD di Agustus 2020 melaporkan, tenaga pengajar masih mengalami kesulitan mengelola Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) karena keterbatasan kapabilitas teknologi informasi dan akses komunikasi. Survei UNESCO di Mei 2020 juga menunjukkan 66% pelajar Indonesia merasa tidak nyaman dan tidak termotivasi selama PJJ dan dapat berpotensi mengalami kecemasan dan depresi.
“Kita sedang memasuki era disrupsi pendidikan dimana semua lini harus berani keluar dari zona nyaman untuk menemukan strategi inovatif dan solutif. Meneruskan komitmen Sampoerna University sebagai salah satu inovator pendidikan tinggi di Indonesia serta berkaca dari kesuksesan gelaran tahun lalu, kami kembali menghadirkan DisruptED Conference sebagai ruang diskusi dan berbagi wawasan mengenai inovasi teknologi pendidikan,” ungkap Dr. Marshall Schott, President of Sampoerna University.
Tahun ini Konferensi DisruptED menghadirkan lebih dari 30 pembicara yang terbagi dalam 4 tipe sesi. Untuk mengoptimalisasi penyerapan materi dan informasi, tahun ini 95% pembicara menggunakan Bahasa Indonesia dan sisanya telah disediakan teks terjemahan. Selain itu, seluruh materi akan di unggah dalam platform terbuka sehingga dapat di akses oleh tenaga pengajar yang membutuhkan.
Turut mendukung komitmen Sampoerna University, Jane Ross, STEAM Coach Jakarta International School kembali hadir untuk kedua kalinya sebagai pembicara dalam salah satu sesi Barista Spesial: Developing Content for VR (Oculus Quest – First Steps).
“Saya sangat senang bisa kembali hadir untuk berdiskusi bersama teman – teman pendidik untuk membahas solusi dalam menciptakan strategi pengajaran inovatif. Terutama di tengah situasi menantang ini, kita harus selalu siap menghadapi berbagai transformasi. Harapan saya, melalui DisruptED 2021 saya dapat membantu para tenaga pendidik meningkatkan kualitas belajar daring dan mengembangkan konten pembelajaran melalui pendekatan STEAM, sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar lebih menarik dan imersif,” ungkap Ms. Ross.
Hal senada juga disampaikan oleh salah satu pembicara webinar DisruptED, Meilani Hendrawidjaja, Co-Founder Kode Kiddo, ”Teknologi telah memegang peran penting dalam pengembangan suatu industri, salah satunya dalam mendukung kemajuan masa depan pendidikan kita. Sehingga saya sangat antusias untuk bergabung bersama Sampoerna University dalam konferensi DisruptED tahun ini untuk menginspirasi dan mendukung tenaga pendidik Indonesia lebih berani mengambil peran aktif dalam inovasi pendidikan bagi generasi masa depan yang lebih maju,” jelas Meilani.
Konferensi DisruptED 2021 terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Untuk mendaftar dan mengetahui lebih lanjut dapat mengunjungi http://disrupted.id/DisruptED_ID/registration/ atau melalui media sosial Instagram @sampoerna.university.
“Harapan kami di Sampoerna University, DisruptED 2021 dapat mendukung dan membantu tenaga pengajar, penyedia, pengamat, dan aktivis pendidikan siap menghadapi masa depan baru pendidikan Indonesia dengan memanfaatkan teknologi dan kreativitas sebagai instrumen penting dalam kegiatan edukasi,” tutup Manoharan Karthigasu, Head of CETL Sampoerna University.