LiBi – Pada Perdagangan Selasa (12/1) nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sore kemarin ditutup melemah, di tengah menguatnya yen terhadap USD. Berdasarkan data dari Limas berada pada level Rp 13.915/USD. Posisi itu tertekan 40 poin dari posisi kemarin yang berada di level Rp 13.875/USD. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang kemarin bergerak di teritori positif. Hingga penutupan perdagangan, IHSG bergerak di zona hijau. Mengawali perdagangan IHSG dibuka naik 26,657 poin (0,60%) ke 4.491 077. Sementara indeks unggulan LQ45 naik 7,061 poin (0,91%) ke 780.498. Mengakhiri perdagangan IHSG ditutup naik 47,044 poin (1,05%) ke 4.512,527.
Sedangkan rupiah berdasarkan data Bloomberg pada level Rp 13.909/USD. Posisi itu melemah 48 poin dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 13.861/USD. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level Rp 13.835/USD. Posisi ini lebih baik dari penutupan kemarin di level Rp 13.935/USD. Berdasarkan data Reuters, investor lebih memilih yen daripada memainkan yuan yang lebih berisiko tinggi, termasuk dolar Australia dan Selandia Baru, dan menilai bahwa stabilitas yuan bukan akhir dari depresiasi yang telah memukul pasar global. USD terhadap yen tergelincir 0,3% menjadi 117,47, setelah kemarin jauh melemah pada posisi 116,70 atau terlemah sejak 24 Agustus. Sementara, euro terhadap USD naik 0,2% menjadi USD 1,0876.
Animo investor dalam perdagangan ini baru saja meningkat secara eksponensial. Beberapa bank telah memangkas proyeksi mereka untuk yuan menjadi sekitar 7 per dolar pada akhir tahun ini, dibandingkan pada posisi hari ini di level 6,58 per USD. Penurunan harga minyak mendekati USD 30 per barel juga membuat dolar Kanada terhadap USD ke level terendah.
Harga minyak mentah dunia jenis WTI crude terpantau menurun sebesar 1,40 persen menjadi 30,97 dolar AS per barel dan Brent crude turun 0,86 persen menjadi 31,28 dolar AS per barel. Penurunan harga minyak mentah dunia itu akan berimbas pada harga komoditas lainnya ikut terkoreksi. Di tengah situasi itu, pelaku pasar uang akan menilai kinerja ekspor Indonesia berpotensi mengalami kesulitan untuk memperbaiki kinerjanya.
Dari bursa saham, perdagangan sepanjang hari kemarin cukup ramai. Sebanyak 158 saham naik, 120 saham turun, dan 78 saham stagnan. Total frekuensi yang diperdagangkan sebanyak 195.942 kali, total volume 3,2 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 4,7 triliun. Sebanyak 8 dari 10 sektor terpantau ditutup di zona hijau, hanya sektor mining dan industri dasar yang mencatatkan penurunan masing-masing sebesar 0,37% dan 0,39%.
Beberapa saham yang masuk dalam jajaran top gainers adalah GGRM naik 1.500 poin (2,75%) ke Rp 56.000, UNTR naik 775 poin (4,88%) ke Rp 16.650, UNVR naik 775 poin (2,19%) ke Rp 36.100, AALi naik 550 poin (3,44%) ke Rp 16.550.
Adapun saham-saham yang masuk dalam jajaran top loser adalah SQBI turun 33.000 poin (9,76%) ke Rp 305.000, HMSP turun 650 poin (0,71%) ke Rp 90.350, BIRD turun 250 poin (3,61%) ke Rp 6.675, dan TOTO turun 200 poin (2,96%) ke Rp 6.550.
Sedangkan kondisi bursa regional sore kemarin, antara lain: Indeks Nikkei 225 turun 479,00 poin (2,71%) ke 17.218,96, Indeks Hang Seng turun 176,74 poin (0,89%) ke 19.711,76, Indeks SSE Composite naik 6,16 poin (0,20%) ke 3.022,86, dan Indeks Straits Times turun 17,07 poiin (0,63%) ke 2.691,78. (bzn/lb)