Pariwisata Karimunjawa Jateng Kian Bergairah Ditopang Pelni, Pemandu dan Paket Tour

Lintas Bisnis.com Jakarta – Industri pariwisata Indonesia termasuk kepulauan Karimunjawa, kabupaten Jepara Jawa Tengah (Jateng) kian bergairah, terutama ditopang stakeholders seperti infrastruktur transportasi, keahlian para tour guide (pemandu wisata), paket-paket tour dan lain sebagainya.

Hal tersebut seperti pengakuan nahkoda kapal, Herry Ismanto dan travel organizer di Semarang, Solichoel Soekemi.

“Satu paket untuk 100 orang untuk gathering (berkumpul bersama keluarga, rekan bisnis) sambil berwisata di laut, kepulauan Karimunjawa. Ternyata antusias turis semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kami mulai operasional sejak tahun 2015, kerjasama dengan PT Pelni (perusahaan pelayaran) untuk dukung kegiatan wisata Karimunjawa,” ungkap Solichoel Soekemi kepada Lintas Bisnis.com, dalam beberapa hari ini.

Paket wisata didesain seperti kegiatan cruise (kapal pesiar). Sehingga turis bisa menikmati suasana kebersamaan dengan hiburan live music (pentas music). Kalau pesertanya datang dari kalangan pebisnis, mereka bisa terlebih dahulu rapat kerja di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Setelah itu, ketika Kapal Pelni merapat, mereka juga segera naik menuju Karimunjawa.

“Paket ini bisa mengurangi antri, mondar-mandir di dermaga turun naik kapal Pelni. Pebisnis kan sangat menghargai waktu. Mereka bisa hemat waktu, tapi tetap menikmati wisata laut. Beberapa spot di Karimunjawa untuk snorkeling, diving. Ke depan, kami juga akan adakan jetski, canoeing,” kata Solichoel Soekemi.

Pelni tetap mempersiapkan kapalnya termasuk Kelimutu sebagai ferrying (angkutan penumpang). Fasilitas angkutan juga regular seperti makan pagi/malam, dek, dan lain sebagainya. Kapal Pelni belum menjadi cruise (kapal pesiar), tapi kegiatan sudah mengarah seperti cruise.

“Wisatawan bisa menginap di darat, dan di kapal seperti floating hotel (hotel terapung). Karena kami yakin, wisatawan asing sangat tinggi (antusias) berlibur ke Karimunjawa. wisatawan asal Eropah terutama pada masa berdatangan. Bahkan turis Australia juga sudah mulai masuk,” tutur Solichoel Soekemi.

Sementara itu, jurumudi Kapal Kartini 1 rute Tanjung Mas – Karimunjawa, Herry Ismanto optimis dengan pengembangan wisata bahari. Ia melihat, banyak masyarakat di kepulauan Karimunjawa yang beralih profesi, dari nelayan menjadi pemandu wisata. Selain itu, kapal-kapal penumpang juga semakin banyak. Selama ini ada tiga jenis kapal penumpang dengan kelasnya masing-masing.

“Kapal kami, Kartini 1 Ocean Park, tarifnya Rp 250.000 untuk deck bawah dan Rp 350.000 deck atas. Ada kapal lain, harganya dua kali lipat lebih mahal. Tapi kecepatan lebih tinggi, sehingga satu jam lebih cepat,” kata Herry kepada Lintasbisnis.com.

Di tempat berbeda, Komisaris Utama Pelni Bambang Prihartono terus memodifikasi operasional kapal-kapalnya. Sama halnya dengan konsep CBL (Cikarang – Bekasi – Laut), moda transportasi laut akan mengurangi ketergantungan penumpang terhadap transportasi darat dan udara. Bahkan, ketika harga tiket pesawat semakin mahal, masyarakat semakin antusias beralih pada kapal laut.

“Pelni akan percepat modifikasi, (yakni) angkutan penumpang, logistik, barang. Kami juga mengadakan kapal-kapal pinisi untuk kegiatan wisata, baik wisatawan mancanegara maupun lokal,” kata Bambang Prihartono kepada Lintasbisnis.

Pelni juga mengadakan kapal kapal pinisi untuk pariwisata, selain tentunya kapal-kapal besar untuk angkutan penumpang, barang. Keseluruhan operasional kapal terdiri dari 26 untuk penumpang, 46 perintis, 6 barang tol laut dan satu kapal ternak. Paket berlayar untuk rute Belawan/Medan (Sumatera Utara) – Batam (Kepulauan Riau) – Singapura atau Kuala Lumpur (Malaysia) juga sedang dipersiapkan.

“Itu baru pemikiran. Kami juga punya aset modal yang bisa dimodifikasi untuk usaha lain. Kami support jenis pelayanan lain termasuk sistem beli tiket secara online,” tegas Bambang.

Sementara itu, Cun Ming (82) yang mengelola resort dengan sarana pelestarian hiu, masih akan menambah fasilitas kapal-kapal kecil untuk angkut wisatawan dari dermaga ke villa miliknya, Hiu Kencana. Pertama kali menginjakkan kaki di Karimunjawa, ia sudah berpikir untuk memelihara hiu.

Hal tersebut sudah menjadi cita-citanya sejak masih duduk di bangku sekolah, di Semarang Jawa Tengah. Rasa cinta terhadap laut, ibaratnya sudah mendarah-daging. Ia berlayar dengan perahu tradisional dari pelabuhan Tanjung Mas, Semarang hingga Karimunjawa. Ia menangkar hiu di pulau Menjangan Besar. Dari semula tiga ekor, hingga kini mencapai lebih dari seratus.

“Ada kebutuhan taman nasional untuk lebih mengembangkan pariwisata Karimunjawa. Seratus ekor hiu, makannya ikan. Sementara ikan di Karimunjawa sudah di potassium. Belum lagi persoalan ekspor ikan hidup. Sehingga edukasi mengenai kesadaran lingkungan harus menjadi prioritas pemerintah. Masyarakat juga cenderung shortcut (jalan pintas), tidak pernah berpikir jauh ke depan. Sehingga pengembangan wisata akan sulit kalau tidak ada kesadaran terhadap lingkungan kelautan,” tegas Cun Ming.

Beberapa kapal penumpang terutama yang melayani rute Tanjung Emas – Karimunjawa tertambat karena cuaca buruk. Sehingga kegiatan wisata terhenti, mengingat resiko akibat cuaca buruk disertai gelombang tinggi. Perairan laut Jawa beresiko untuk kapal-kapal pelayaran, kecuali setelah bulan Maret. Kondisi laut akan berangsur normal sampai Maret, dan kapal penumpang bisa beroperasi sampai Karimunjawa.

“Wisatawan biasanya berangkat Jumat dan pulang hari Minggu. Karena perjalanan 4 – 5 jam, (wisatawan) pasti nginap di Karimunjawa. Mereka tidak bisa pulang hari. Cottage juga sudah banyak dibangun. Kelistrikan sudah di support PLN. Yang masih kendala, (yakni) persediaan BBM (bahan bakar minyak) Pertalite yang masih harus dikirim dari Semarang,” kata Cun Ming.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *