Wujudkan Pembangunan Food Estate di Kalteng, Sentra Produksi Beras Existing Tahun 80-an

Lintas Bisnis Kalteng – Pemerintah daerah Kalimantan Tengah (Kalteng) akan menerapkan kembali sistem sentra produksi beras yang pernah existing pada Tahun 1980-an. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan pembangunan food estate yang berkualitas.

Seperti yang sudah sampaikan Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Perusahaan Umum (Perum) Bulog Bachtiar, memaparkan, bahwa Kalimantan sudah memiliki sentra-sentra produksi beras sejak tahun 1980 an, tapi belum sampai dilakukan industrialisasi secara maksimal.

“Industri akan diterapkan secara maksimal dan modern, mulai dari alat mesin (pertanian) sampai pada produk yang berkualitas,”katanya kepada Media.

Bachtiar menambahkan, bahwa ada 7 wilayah sentra produksi beras yang sudah existing sejak 1980-an.

“Pematang Limau, kabupaten Seruyan, Kalteng. Lempuyang, kabupaten Sampit, Kalteng. Pagatan, Kabupaten. Katingan, Kalteng. Pangkuh, Kabupaten Pulang Pisau (Pulpis), Kalteng, Dadahup, Kabupaten Kapuas, Kalteng. Kurau, Kabupaten Tanah Laut, Kalsel. Babulu, Kabupaten Panajang Paser Utara/PPU, Kaltim (ibu kota negara mendatang),” jelasnya.

Hal ini sesuai dengan visi Bulog menjadi perusahaan pangan yang unggul dan terpercaya mendukung terwujudnya kedaulatan pangan, pembenahan dan perbaikan akan terus dilakukan.

Bahkan revolusi industri pertanian 4.0, dengan mesin pertanian modern sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Bulog menjalankan usaha logistik pangan pokok dengan mengutamakan layanan kepada masyarakat.

“Mesin sudah siap untuk pengembangan sentra produksi beras di Pulpis. Kami akan membangun sistem yang modern, yakni Modern Rice Milling Plant atau MRMP terintegrasi. Secara simultan, kami bangun dryer untuk menyerap gabah-gabah petani. Kapasitas produksi 6 Ton perjam untuk paddy to rice (padi ke beras), dan pengering gabah dryer (produksi) bisa dioptimalkan mencapai sekitar 120 Ton GKP per hari. Kalau masih kurang, kita bisa expand (lahan pertanian), tambah dryer dan lain sebagainya,” tegas Bachtiar.

Dia menambahkan, transportasi dari suatu wilayah, tidak terkecuali di Pulpis berpengaruh pada peningkatan dan distribusi hasil produksi pertanian. Kondisi lahan pertanian yang ada di pedesaan di Pulpis dengan potensi yang dimiliki sekarang harus dibarengi dengan sarana dan prasarana memadai. Dengan demikian, penghasilan masyarakat petani terdongkrak kalau dikelola dengan baik termasuk peran sektor transportasi.

“Setelah gabah dikeringkan, seluruh prosesnya dengan mesin, langsung naik dan disimpan ke silo. Saat ini terdapat kendala, transportasi hasil produksi yang sulit karena masih banyak jembatan kecil (akses) menuju sentra produksi. Kesempatan kami berkunjung ke sentra produksi juga tentu sambil meninjau infrastruktur seperti jalan, jembatan, alur sungai untuk angkut, guna mendistribusikan (hasil pertanian) ke luar daerah, luar pulau. Kalau angkutan darat / sungai sudah terkelola, (petani) bisa lebih nyaman. Kita lihat lagi,” ungkap Bachtiar.

Kondisi di sentra produksi beras di Pulpis, terdapat delapan jembatan ukuran kecil yang dimanfaatkan untuk jalur transportasi hasil pertanian. Bulog berencana berkoordinasi, sambil mendorong pemerintah pusat, terutama melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

“Saya akan dorong pak Basuki (menteri PUPR), untuk sarana jalan. Saya akan memaparkan kepada beliau (Menteri PUPR) proses pembangunan sentra produksi, bisa dilakukan percepatannya. Sehingga, trailer bisa masuk kalau infrastukturnya bagus. Kalau kondisi sekarang, (jembatan) hanya untuk truk colt diesel kecil saja bisa masuk, tapi itupun berat maksimal angkutan sampai 10 ton saja (jembatan) yang masih kuat,” tuturnya.

Sementara itu, Bupati Pulpis Edy Pratowo, mengatakan, bahwa luas keseluruhan lahan pertanian mencapai sekitar 56.000 hektar dari beberapa Desa. Pemerintah kabupaten tentunya sangat merasa senang dengan perhatian Pemerintah Pusat terhadap Kalteng, khususnya Pulpis.

“Dengan begitu Petani lokal dan petani eks transmigrasi berusaha disektor pertanian padi. Untuk tahap awal, pembangunan sentra produksi difokuskan pada enam desa, dengan keseluruhan luas sekitar 8.000 hektar,” tandasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *