Pemulihan UMKM Kuliner Dengan Variable Protokol Kesehatan

Lintas Bisnis.com Jakarta – Rencana penggelontoran dana untuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebesar Rp 34,1 triliun dalam rangka pemulihan akibat pandemi virus corona, dibarengi dengan variabel protokol kesehatan terutama untuk sektor kuliner. Pelaku UMKM harus mulai menerapkan protokol tersebut, terutama pada packaging (kemasan), proses produksi dan lain sebagainya.

“Sebelum ada wabah virus, (kondisi) normal. Ketika virus menghantam, kondisinya upnormal. Sekarang, masa new normal. Konsep pengembangan UMKM, selain pada SDM (sumber daya manusia), permodalan, networking, sekarang ditambah dengan variabel protokol kesehatan,” Kepala Dinas Koperasi dan UMKM kota Tangerang Selatan (Tangsel) Banten Deden Deni mengatakan kepada Redaksi, Rabu (1/7/2020).

Pada era transisi seperti sekarang ini, daya beli masyarakat masih relatif rendah. Pelaku UMKM di Tangsel mencapai sekitar 36.000 unit. Dari jumlah tersebut, UMKM sektor kuliner mendominasi. Upaya pembinaan sejak tahun lalu didorong pada digitalisasi UMKM. Sehingga banyak pelaku yang mulai tahu konsep revolusi industri 4.0 (four point zero).

“Awal bulan Juni, ternyata ada 800 pelaku UKM yang collapse. Kami bantu dengan program Bansos (bantuan sosial). Tapi pelaku dengan aplikasi e-commerce merasakan omzet nya naik. Ada hikmah dari wabah virus, karena beberapa pelaku UMKM dipaksa untuk melek IT (information technology),” kata Deden.

Dana sebesar Rp 34,1 triliun untuk UMKM diharapkan berdampak pada pemulihan ekonomi nasional. Anggaran tersebut akan digunakan untuk subsidi pajak dan subsidi bung kredit bagi UMKM. Dana tersebut diyakini bisa menjaga kondisi UMKM bertahan, selain menyangkut hajat hidup orang banyak.

“Kami memberi pelatihan untuk recovery UMKM. kami sudah bekerjasama dengan pengelola mall, terutama konsep drive-through untuk produk makanan. Kalau pengusaha yang berpromosi dengan mengatakan, meyakinkan konsumen bahwa (produk makanan yang disajikan) sudah sesuai dengan protokol kesehatan, (hasilnya) berbeda kalau kami yang menyampaikan. Respons konsumen berbeda. Sehingga kami masuk ke sana (promosi dan sosialisasi) dan menyinergikan pelaku UMKM dengan pengelola mall,” ujar Deden.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *