LINTAS BISNIS — Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) terus mencatat kemajuan signifikan dalam penguatan budaya literasi dan peningkatan minat baca masyarakat sepanjang tahun 2024–2025.
Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz menegaskan, peningkatan tersebut didukung oleh transformasi digital layanan dan pelaksanaan berbagai program literasi berbasis inklusi sosial. Hal ini disampaikannya dalam Taklimat Media Televisi Perpusnas 2025 bertema “Perpustakaan Nasional, Transformasi Literasi untuk Indonesia Maju” pada Jumat (31/10/2025).
Aminudin menjelaskan, minat masyarakat terhadap layanan digital Perpusnas meningkat pesat pasca pandemi, dengan lebih dari 30 juta akses daring. “Peningkatan ini tidak terlepas dari berbagai pengembangan aplikasi digital seperti iPusnas, Khastara, BintangPusnas Edu, serta Indonesia OneSearch yang menghubungkan koleksi dari berbagai perpustakaan di dalam dan luar negeri,” ujarnya.
Berdasarkan hasil pengukuran nasional, Indeks Budaya Literasi Nasional meningkat dari 54,29 pada 2021 menjadi 60,49 pada 2023. Sementara Tingkat Kegemaran Membaca (TKM) naik dari 55,74 pada 2020 menjadi 72,44 pada 2024. Selain itu, Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) juga tumbuh dari 61,55 pada 2020 menjadi 73,52 pada 2024.
Adapun intervensi yang dilakukan Perpusnas adalah menjalankan program penyediaan bahan bacaan di 20.000 lokus mencakup desa, kelurahan, rumah ibadah, puskesmas, dan lembaga pemasyarakatan.
“Setiap lokasi menerima fasilitas buku dan rak dengan rata-rata 1.000 judul per lokasi. Untuk puskesmas dan lapas, jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan antara 200 hingga 500 judul,” jelasnya.
Terkait jumlah perpustakaan, hingga 2024 terdapat 219.415 unit perpustakaan di Indonesia. Pertumbuhan ini didorong melalui kolaborasi dengan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal. Namun, distribusinya belum merata, dengan 44,49 persen berada di Pulau Jawa, disusul Sumatera (25 persen), Sulawesi (11,33 persen), Kalimantan (9,43 persen), Nusa Tenggara (6,74 persen), Maluku (1,78 persen), dan Papua (1,21 persen).
Lebih lanjut, Kepala Perpusnas menyampaikan bahwa Perpusnas memberikan pelatihan kepada para pengelola perpustakaan yang dilakukan secara berjenjang melalui platform daring.
“Upaya tersebut bertujuan agar para pengelola di berbagai jenis perpustakaan memahami manajemen koleksi, klasifikasi, hingga inovasi layanan,” ungkapnya.
Dirinya juga menuturkan, partisipasi masyarakat terhadap kegiatan literasi juga meningkat tajam. Disebutkannya, setiap program yang diluncurkan Perpusnas, termasuk kegiatan yang didanai melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik, selalu disambut dengan antusias oleh masyarakat dari berbagai usia dan latar belakang.
Selain memperluas akses bahan bacaan, Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) turut menjadi penggerak ekonomi masyarakat.
“Hingga kini, lebih dari 2.600 perpustakaan telah mengimplementasikan TPBIS dan berhasil membantu masyarakat menciptakan produk serta jasa berbasis pengetahuan,” pungkasnya.
Tidak hanya itu, Perpusnas juga menggandeng mahasiswa dan relawan literasi dalam program KKN Tematik Literasi di 1.000 lokasi serta menggerakkan Relawan Literasi Masyarakat di 180 kabupaten/kota.





