Bulog Terus Atasi Masalah Pertanian

Lintas Bisnis.com Jakarta – Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, yang akrab disapa Buwas melihat salah satu permasalahan untuk mengembangkan sektor pertanian dan meningkatkan kesejahteraan petani yakni irigasi atau pengairan. Irigasi untuk pengairan lahan tadah hujan pada musim kemarau juga banyak yang berubah fungsi.

“Saya sudah lihat (irigasi berubah fungsi). Hampir di seluruh wilayah, irigasi menjadi masalah. Tapi pak Basuki (Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) Basuki Hadimuljono selalu cepat (mengatasi) membangun irigasi. Saya yakin,” kata Buwas pada acara Panen Raya di Cikeusik, Pandeglang Banten beberapa hari yang lalu.

Pernyataan Buwas merespons usulan petani kepada Bulog dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang, Banten mengenai bendungan Cibaliung. Mengingat kondisi cuaca sangat mempengaruhi pengaturan masa tanam. Sehingga ketika mau siap menanam padi, petani mengalami kekurangan air. Tetapi ketika musim hujan datang, siap panen, petani mengalami kesulitan penjualan gabah.

“Kami berharap bendungan Cibaliung bisa dinikmati masyarakat, khususnya petani Cikeusik. Sehingga kami bisa atur masa tanam. Kalau pertanian maju, warga Pandeglang tidak lagi (mencari pekerjaan) ke Jakarta. Kami yakin, kami bisa punya dua masa tanam kalau irigasi juga berfungsi dengan baik,” kata Herman Salim, petani Cikeusik.

Buwas pun berjanji bahwa akan segera berkoordinasi dengan Bupati Pandeglang, Irna Narulita untuk perbaikan irigasi. Ia juga meyakini bahwa Bulog akan tetap beli gabah petani. Selama ini Bulog selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membuka ruang terbuka bagi petani. Penjualan gabah hasil panen bisa langsung diajukan kepada Bulog, tanpa melalui perantara.

“Memang ada tengkulak, seperti halangi Bulog untuk tidak membeli (langsung) gabah petani. Kita tidak boleh menyerah dengan situasi tersebut. Bulog tidak tutup, tapi kadang kami bingung. Karena pembelian gabah dengan kualitas rendah. Kadar air tinggi. Bulog terikat dengan aturan. Tapi saya akan bangun sistem termasuk koordinasi dengan kementerian pertanian untuk solusinya,” tegas Buwas.

Di tempat yang sama, petani Cikeusik Rasdi (45) melihat bahwa persoalan yang sering dihadapi, yakni hama dan penyakit. Hal ini berlaku umum, dan tidak hanya terjadi pada lahan pertanian di Cikeusik.

“Untungnya, beberapa bulan belakangan ini, ada biostimulant yang dipasok ke desa kami. Biostimulant AM-Power bisa membantu daya tahan tanaman mengatasi hama dan penyakit. Kami optimis, karena terbukti (biostimulant) juga meningkatkan produktivitas. Kami semprot sampai tanaman pulih dari serangan hama,” kata Rasdi.

Hasil pertanian, yakni gabah cukup dikumpulkan di rumah. Selama ini, pengumpul biasanya mendatangi rumah-rumah petani untuk beli gabah. Rasdi dan beberapa petani kadang menjemur gabah terlebih dahulu.

“Kalau harganya sedang bagus, kami bisa jual Rp 500 ribu per kuintal. Tapi kalah sedang panen, gabah melimpah, harganya sekitar Rp 450 ribu. (harga) jarang sampai Rp 550 ribu. Tapi yang paling penting, kami jangan sampai gagal panen terutama karena tanaman terserang hama, penyakit. Hama wereng paling sulit diatasi,” kata Rasdi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *