Lintas Bisnis.com Jakarta – Nini Thowok sebenarnya adalah medium atau perantara komunikasi dengan dunia roh atau alam gaib. Ia berbentuk boneka yang dimainkan oleh para pawang. Tidak mudah memainkannya, butuh keahlian, juga kudu paham mantra untuk mendatangkan roh yang bisa diajak berkomunikasi.
Jadi kurang lebih 500 tahun lalu, Nini Thowok sebenarnya merupakan permainan rakyat. Boneka yang dimainkan sebagai ungkapan rasa syukur terhadap hasil panen. Ia menjadi bagian dari budaya animisme yang mempercayai kemurahan alam.
Namun seiring berjalannya waktu, boneke Nini Thowok makin memiliki nilai magis setelah ia menjadi medium berkomunikasi dengan dunia roh. Ia menjadi bagian dari ritual mendatangkan arwah.
Nini Thowok tidak lagi sekedar menjadi tradisi permainan. Nini Thowok juga Iekat dengan budaya Jawa. Bahkan menurut TBS Films, Nini Thowok merupakan horor yang lekat dengan tradisi Jawa. Sesajen misalnya, merupakan ritual yang muncul di film. Dan sesajen yang diusik, atau sama saja dengan mengusik keberadaan sang arwah. TBS Films menjadikannya sebagai sensasi kengerian di film Nini Thowok. Bahkan di satu adegan dlgambarkan sesajen tertendang kaki Nadine dan membuat isinya tumpah berantakan.
Memahami dunia roh atau alam gaib, juga bukan tanpa referensi dan kejadian. Dari penjelasan pawang atau dukun yang memahami mantra berkomunikasi dengan dunia gaib, menyebutkan bahwa sosok yang digambarkan di film, memang mendekati seperti yang digambarkan di film. Bahkan wujud memedi yang muncul di film, merupakan roh yang pemah hadlr dl lokasi syuting di pabrik gula Gondang, Klaten.
TBS Films menyebutkan, di salah satu adegan Nadine (Natasha Wilona) ditakuti arwah yang keluar dan lemari sesungguhnya mendekati kusah nyata penampakan makhluk Nini Thowok tersebut.
Semacam blessing in disgulse. TBS Films memanfaatkan scene tersebut menjadi bagian cerita film. Ini yang disebut produser sebagai ketegangan suasana kengerian tanpa harus menjadikan sebagai jump scare scene.
Nini Thowok menjadi umk, selain budaya Jawa, film ini juga menghadirkan keluarga Tionghoa bermarga Oey. Keluarga Oey menjadi sentral mula teror kengerian dari keseluruhan cerita. Sangat sedikit film Indonesia yang menampilkan keluarga Tionghoa dalam film horor. TBS Films melakukannya.
“Ini yang menurut kami, Nini Thowok menjadi film akulturasi. Ada budaya Jawa, hadir pula budaya Tionghoa,” ujar Hendro Djasmoro, salah satu produser TBS Films.
Pertunjukan perdana (Gala Premiere) Nini Thowok, Kamis (22/2) menjadi awal pemutaran untuk umum.
Ronny Irawan, produser TBS Films menyebut, bahwa rumah produksinya ingin meluhat seherapa besar antusias dan respons penonton mengapresiasi karya film perdana mereka. Dari sisi cerita, keterlibatan Alim Sudio dan supervisi kreatif dari penulis Agnes Davonar, menjadikan TBS Fllms percaya diri, Nini Thowok, tidak saja sebagai film horor yang berlatar budaya saja, tapi menjadi film horor yang mampu menghibur penontonnya.