Lintas Bisnis.com Jakarta – Sebenarnya perempuan Indonesia memiliki potensi besar di bidang teknologi informasi (IT). Di era millenial ini, perkembangan dan kemajuan teknologi telah menciptakan tren, tren tersebut muncul karena kontribusi perempuan.
Terangkatnya perempuan dalam dunia IT berkat adanya teknologi Blockchain. Sehingga hal tersebut sangat menunjang bagi perempuan Indonesia untuk menjangkau pekerjaan-pekerjaan yang menuntut kecepatan dalam bekerja. Apalagi pekerjaan yang mengarah ke media sosial, seperti facebook, instagram lebih banyak dilakukan oleh perempuan. Sehingga perempuan lebih banyak data dibanding kaum pria, dan kini perempuan menciptakan tren media sosial.
Hal tersebut dapat dilihat dari munculnya praktisi IT dari Indonesia yang diantaranya adalah Pandu Sastrowardoyo sebagai Chairwoman Blockchain Zoo dan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Blockchain Indonesia serta pelopor gerakan “Women in Blockchain”.
Dengan adanya blockchain yang membutuhkan banyak komunitas, sekarang banyak sekali wanita yang masuk, bahkan lebih banyak praktisi dari teknologi blockchain dibanding teknologi yang lain.
Lewat blockchain, Pandu menyebarkan “virus” positif bagi wanita di dunia IT tanah air, khususnya dalam merangkul komunitas wanita untuk terjun mendalami teknologi blockchain, hingga akhirnya kaum hawa Indonesia memiliki peran dalam perkembangan dunia IT.
Dalam kesempatan tersebut, Pandu menyampaikan, bahwa wanita sangat cocok untuk kerja di dunia blockchain dan saat ini di seluruh dunia banyak kaum wanita yang terjun ke dunia blockchain.
“Women in Blockchain itu rupanya sangat cocok, wanita sangat cocok bekerja di dunia blockchain, karena blockchain itu teknologi yang berbasis komunitas. Kalau teknologi ada tapi komunitasnya tidak ada itu tidak akan jalan. Sekarang ini kalau dilihat, banyak sekali di seluruh dunia wanita masuk ke blockchain,” ujar Pandu dalam diskusinya bertemakan “Women in Blockchain”, di Wisma Barito Pacific, Jakarta Selatan, Kamis (3/5/2018).
Menurut Pandu, dahulu wanita itu banyak yang jadi programer, tapi lama kelamaan makin sedikit yang masuk ke dunia IT, mungkin karena memang lebih banyak laki-laki, jadi wanita agak sulit untuk masuk dan agak dianggap aneh jika wanita belajar programming.
Sekarang ini, sudah seharusnya perusahaan-perusahaan membuka kesempatan lebih luas bagi perempuan-perempuan untuk bisa maju. Misalnya dengan memberi kesempatan perempuan bisa bekerja dirumah, jika memang pekerjaan itu bisa dilakukan dirumah, misalnya coding atau programming.
“Sejumlah perusahaan besar telah memperaktekkan itu. Dengan memanfaatkan Blockchain, kini perempuan Indonesia sangat aktif berjualan dengan E-commerce, instagram dan media sosial lainnya,” tandasnya.