Lintas Bisnis.com Jakarta – Bulan Juli menjadi bulan yang paling dinanti oleh pelajar tingkat akhir di SMA/SMK dan sederajat, karena hasil Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) diumumkan pada 3 Juli 2018. Persaingan yang semakin ketat membuat para pelajar mempersiapkan diri semaksimal mungkin agar dapat melihat nama mereka tercantum dalam laman resmi sbmptn.ac.id.
Dengan semakin tingginya penggunaan teknologi dan internet dalam kehidupan sehari-hari, para pelajar kini juga dapat mempersiapkan ujian baik UN maupun SBMPTN tidak hanya melalui buku, tetapi menggunakan berbagai metode. Baik belajar kelompok, memanggil guru pembimbing, browsing materi di internet, hingga bimbingan belajar online. Menurut Google Consumer Barometer 2017, orang Indonesia yang mengakses internet dari perangkat manapun baik PC maupun telepon genggam mencapai 45% dan sebanyak 56% mengakses video streaming.
Dengan kata lain, generasi Z saat ini menyukai konten yang disajikan dalam bentuk video. Hal ini dibenarkan oleh Tri Nuraini, Head of PR Manager Quipper Indonesia. Tri menjelaskan bagaimana pengguna Quipper Video begitu antusias mengakses video edukasi yang berhubungan untuk persiapan SBMPTN.
“Menurut survey yang dilakukan tepat saat pengumuman SBMPTN 2018 terhadap 3.000 responsden pada 3 Juli hingga 10 Juli 2018 ditemukan, sebanyak 52% dinyatakan berhasil lulus PTN. Kemudian, dari 52% tersebut, 66% diterima di jalur SBMPTN dan 34% diterima di jalur undangan SNMPTN. Angka kelulusan SBMPTN ini naik 25% dari tahun lalu. Hal ini menunjukkan keefektifan dan kualitas konten pendidikan yang tersedia di Quipper Video,” ungkap Tri Nuraini.
Jika ditelaah lebih lanjut persentase kelulusan SBMPTN 2018 yang diperoleh oleh pengguna Quipper juga jauh lebih tinggi dari persentase kelulusan SBMPTN 2018 secara nasional yaitu 19.28%.
Dalam survey ini juga ditemukan bahwa kebanyakan pengguna menyukai fitur menonton video sebanyak 42% diikuti menjawab soal atau kuis sebanyak 38% dan membaca catatan pelajaran sebanyak 20%. Angka tersebut menunjukkan bahwa konsumsi video streaming memang tengah diminati oleh pengguna internet khususnya generasi Z.
Sementara itu dikatakan terpisah oleh Kusdianto Hilman, Kepala Bidang PTP Berbasis Radio dan Film Pustekom Kemendikbud. Bahwa pihaknya juga telah lama mengembangkan konten-konten pembelajaran berbasis audio visual. Kusdianto juga menerangkan Pustekom (Pusat Teknologi Komunikasi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga telah mengembangkan televisi edukasi yang dikembangkan dengan berbasis android, hal ini dikembangkan guna mendukung serta mengantisipasi pertumbuhan teknologi kedepannya.
“Kami telah sejak lama mengembangkan konten-konten pembelajaran berbasis audio visual, karena kami mengerti akan pertumbuhan teknologi ke depan. Tapi memang untuk pengembangan agar dapat diakses melalui mobile baru kami kembangkan, sehingga masih perlu banyak penyempurnaan dan penambahan fitur-fitur yang di butuhkan oleh siswa. Selain itu, Kemendikbud juga mengembangkan TV edukasi yang dapat diakses melalui android dan juga dapat dilihat di kanal youtube,” terang Kusdianto.
Kusdianto juga menjelaskan tentang tingginya biaya promosi agar TV edukasi milik Kemendikbud dapat lebih dikenal oleh masyarakat.
Untuk mendukung perkembangan pendidikan di Indonesia melalui teknologi serta dapat sejalan dengan pemerintah, Quipper Indonesia percaya bahwa penggunaan layanan edukasi teknologi berbasis audio visual yang tepat guna, dapat menunjang kegiatan belajar siswa, mempersiapkan menghadapi ujian dan juga meningkatkan prestasi. Sehingga siswa-siswi Indonesia dapat mengembangkan potensi mereka dan memiliki kepercayaan diri untuk bersaing bukan hanya di tingkat nasional, namun juga di tingkat global.