LiBi Medan – Pengamat ekonomi Sumatera Utara, Wahyu Ario Pratomo, memprediksi dijadikannya Yuan, uang Republik Rakyat Tiongkok sebagai mata uang dunia/internasional akan berpengaruh positif bagi Indonesia khususnya dalam ekspor-impor.
“Indonesia misalnya berpeluang mendapat permintaan atau impor dari RRT (Republik Rakyat Tiongkok) yang lebih banyak karena dengan dijadikannya Yuan sebagai mata uang dunia, perekonomian RRT semakin bagus,” katanya di Medan, Rabu (2/12/2015).
Dengan demikian, kata dia, ekspor Indonesia ke negara itu yang masih melemah di tahun 2015 bisa digenjot lagi. “Jadi Sumut yang selama ini sudah memiliki hubungan bisnis yang baik dengan RRT harus cepat memanfaatkan momentum itu,” kata Wahyu.
Apalagi, kata Wahyu yang dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU), nilai ekspor Sumut ke RRT hingga Oktober 2015 turun lumayan besar. Data BPS menunjukkan, nilai ekspor Sumut ke RRT pada tahun ini sudah turun 21,23 persen menjadi. 666,313 juta dolar AS dari 845,862 juta dolar AS di periode sama 2014. Diharapkan, penguatan ekonomi RRT bisa meningkatkan ekspor Sumut ke negara itu.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono mengatakan turunnya nilai ekspor Sumut ke RRT antara lain dipicu melemahnya ekspor beberapa produk unggulan seperti CPO (crude palm oil (CPO) dan karet. Nilai ekspor lemak dan minyak hewan/nabati (CPO dan produk turunan lainnya) ke RRT turun 34,17 persen atau tinggal 273,096 juta dolar AS.
Ekspor karet dan barang dari karet juga turun 29,88 persen dari 106,256 juta dolar AS menjadi 74,506 juta dolar AS. Adapun produk kimia, ekspornya turun 18,08 persen menjadi 125,259 juta dolar AS.
“Hampir semua produk yang di ekspor ke RRT mengalami penurunan dan itu merupakan salah satu dampak dari krisis global,” katanya. (ant/lb)